23 November 2011

Cintanya Di Hati Sahabatku

Semusim yang lalu
Saat ku hentikan tanganku menggoreskan
Saat kau tak ada, hilanglah
Bulan indah nan rupawan
Wajah sang pujangga
Kini murung dibalik senja

Goresan ini...
Banyak kata yang ingin kupugar,

Tak ingin ku sembunyikan
Dalam kelamku aku tak kuasa
Ku coba berlari dalam kelam
Ingin setiap orang mata terpejam
Agar tak ada yg tertawakan
Ku coba kembali berdiri
Ku tertatih namun ku tetap berdiri
Dengan hati yang menuntun

Seakan aku tak melihat apa apa
Tapi aku tahu akan arahnya
Karena hatiku yang menuntun
Dan selalu membisikkan arah hidup ku

Seakan aku tak mampu berdiri
Lumpuh...
Tapi dia tetap memapahku
Kemudian seketika mematahkanku
Perih....
Biarlah ku sembunyikan duka
Dalam sedihku yang tak berarah
Ku berduka terbata-bata patah seketika

Yang ternyata kelam
Cerah pun terbendung
Tak mampu menembus alam kesedihan

Ku belum ingin akhiri
Karena telah lama ku tak menggoresnya
Banyak kata yang ingin ku sisipkan

Waktu terus berdetak
Walau harus ku merangkak
Tak ingin kusalahkan takdir
Tapi ada sesuatu
Membuatku menghentak keras
Dia tertambat bersama hati sahabat
Hancur ungkapku hancur

Yang terbelenggu dihati sahabat
Hingga aku menginginkan hatinya
Dia buatku kembali berdiri

Hari demi hari berlalu
Cinta tanpa harus memiliki
Rasaku selalu ingin dihati
Meski sekejap terlintas dalam mimpi

Hari demi hari berlalu
Dalam cerita lalu kau dan sahabatku
Ingin menyentuh cinta namun tak bisa

19 Oktober 2011

Kata Yang Tak Berarti

Menjadikan asa mencapai puncaknya dimalam ini
Pikiran kini berkecamuk
Yang tadinya tenang menjadi galau
Satu kata ungkapmu "kangen"

Jika kata tak berarti...
Ku ucapkan beberapa
Tentang inginku
Tentang rasaku
Menjadikan untaian yang tak dapat ku jamah
Seperti kerlip bintang yang ingin kugapai
Namun hanya dimata
Pikiran kini berkecamuk
Satu kata jawabmu "bingung"

Semua kuungkap
Dengan jutaan kata yang ada dihati
Tersirat makna yang tak dapat aku pahami
Karena kata ini........
Kata yang tak berarti untukmu

29 September 2011

Akhir September

Derai akhir September
Bawa laraku pergi
Bawa rasaku pergi
Membaur bersama dengan yg tak berani
Janjikan sesuatu apa-apa
Esok kembali
Datang tak selamanya kekal abadi
Cuma awan yang ada
Cuma awan yang curahkan

Derai akhir September

Awan...
Ya...
Kelabu atau secercah putih
Sama saja bagiku

Kau di sana

Bayangan itu ada di matamu
Bersama khayal tentangku

Adakah terengkuh dengan jemari tanganku


Dan berbalas doa yang terangkai

Dari lidahku yang kelu

Derai akhir September

Aku takut membawa yang tampak semu itu dariku
Aku takut mengambilmu dariku..

7 September 2011

Asa

Hati ini semakin berbaur dengan jalanku 
Memberikan suatu cerita yang mengharukan
Melahirkan kata yang menyakitkan

Tapi... 
Ada makna yang tersirat
Dalam setiap suara yang terdengar 
Aku tahu ini memilukannya
Tapi bukan berakhir dengan sendirinya
Karena aku tak dapat melarikan diri dari keyakinan
Karena aku tak dapat memberi kepalsuan

Berikanlah aku jalan
Bahwa aku mampu memberikan arti
Bagi kita dan jalan
Aku ingin katakan
Aku melakukannya karena tak ingin semakin larut
Dan hanya memberikan kebimbangan
Aku ingin katakan
Aku melakukannya karena tak ingin semakin terbuai 

Sungguh aku ingin katakan

16 Juni 2011

Perjalanan

Terbang dengan merentang kedua sayap membujur diantara hembusan angin yang menerpa
Sesekali mengepak sayap memacu bersama tiupan angin
Melayang-layang di bentangan alam
Bulu-bulunya begitu halus, sehalus kain sutra
Seindah bintang di langit yang memancarkan kemilauan cahaya.
Kepakan sayapnya membelah rintangan yang menghadangnya
Mengarungi lautan kebebasan
Melesat laksana anak panah yang terlepas dari busur,
Melintasi jazirah alam.
Sayap kanan di sanggga oleh tulang-tulang dilapisi kulit yang indah sehingga di gelari Keagungan
Sedangkan sayap kiri ikut menopang untuk menjaga keseimbangan dan diberi nama Kebenaran

Membongkar sendi-sendi yang telah diletakkan
Perjalanan telah menghantar ke depan pintu pengertian
Putaran bumi yang diikuti menuntun ke tempat bersarangnya pengetahuan
Yang telah dibalut dengan lapisan tipis
Yang terukir pada dinding
Dan terpahatkan pada tembok
Dan menjadi mahkota di kepala
Tempat terang terbenam
Belum cukup menjadi persinggahan
Tetesan embun pagi belum cukup mengenyangkan
Liang yang di gali menjadi tempat menimbun
Saat petang datang menghampiri di penghabisan usia
Dan mengunjungi di ujung tarikan nafas
Akan kamu berlari menyelamatkan
Akan kamu menyembunyikan
Menyisiri pesisir pantai melepaskan kegirangan
Dengan bermain bersama ombak yang bergulung-gulung
Bagaikan gerombolan anak rusa yang turun dari pegunungan
Deburan ombak terasa akrab bagaikan saudaranya.
Masuklah ke dalam lautan dunia ini agar dapat melihat dasarnya
Hingga cukup ringan muncul ke atas
Pandanglah alam ini…..
Jangan membawa masuk melainkan keluar
Lalu lepaskan ikatan agar menjadi bagiannya
Tak terasa telah terbang, melakukan maneuver dengan kelincahan sayap-sayapnya
Langit turut gembira menyasikkan kemahiran
Nafas bumi dan sepoi angin turut membantu gerakannya,
Putaran bumi telah melewati separuh hari,
Saat itu cakrawala memperlihatkan wajahnya dengan rona kejinggaan di ufuk barat, mengisyaratkan segera pulang menuju tempat yang menjadi perlindungan di waktu malam
Perjalanan pulang ke batas perpisahan di iringi senyum kemerahan di kaki perbatasan
Berjubah kelabu, menyertai kepergian dan terbaring dalam pangkuan kaki bumi
Pasukan malam menyambut penuh girang menghias malam disetiap lipatan langit
Dari punggung gunung lolongan anak serigala membelah kesunyian
Sampai menyusup belahan dinding pegunungan hingga lenyap di dasar lembah
Memberikan kabut sebagai selimut malam mendampingi saat terbuai dalam tidur
Datang berselubung kelam
Membungkus lapisan langit dalam halimun
Tak akam beranjak
Sebelum embun diatas daun meninggalkan jejak diatas permukaan bumi
Dari situ, berdiri diantara gunung-gunung dengan wajah yang berseri-seri
Dari raut mukanya memancarkan garis sinar kemerahan menyapu ke gugusan pegunungan,
Sementara itu berkas cahaya naik ke atas mengikuti sumbu bumi,
Bergerak terus ke atas menuju telaga,
Percikan air dari telaga memecah keheningan hingga ke dinding tebing,
Walaupun kabut di sekeliling telaga belum beranjak dari permukaan,
Hembusan angin dari cela gunung memisahkan kabut dari telaga,
Saat itu cahaya menembus celah tebing meluluhkan kebekuan kabut agar segera menghilang.
Benih yang jatuh di pinggir jalan tak akan sia-sia
Disitu ada kekuatan yang tumbuh
Bersatu pada bagian dalam dengan bagian luar
Disitu tidak ada lagi yang lain
Karena bagian dalam dan bagian yang luar menyatu
Semua itu dalam keadaan nyata dan sadar
Itulah keindahan yang paling indah
Bergerak mengikuti dorongan kekuatan cahaya
Berjalan mengikuti keinginan akan cinta tidak dapat di jaring oleh pikiran ataupun di jerat oleh ungkapan,
Akan tetapi dapat menggerakan, memainkan melodi indah,
Gerakan ini menimbulkan gelombang yang akan megeluarkan hasrat
Untuk melihat keindahan,
Dan menghasilkan percikan api yang menghidupkan semangat dan menerima kenyataan ini dalam kesederhanaan.

Kenallah dalam kesederhanaanya,
Sebab dengan demikian akan mengajari untuk memeluk keindahan yang tidak memiliki batas,
Masuk dengan jiwa suci dan tinggal disitu
Hingga dorongan perasaan akan menangkap makna kebenaran yang di rasakan
Dan membawa pergi dalam kekuatan yang akan tumbuh terus dan tak akan pernah mati,
Karena memiliki kekuatan yang tak terbatas, tak termakan oleh waktu,
Wajahnya akan berubah-ubah akan tetapi memiliki jalan sendiri untuk menyatatakan
Dan memberi warna yang lahir dari ketulusan jiwa…
Apa yang ada di sana adalah apa yang ada di sini, tidak pergi kesana untuk di bawa kemari
Melainkan, beranjak dari sini, saat ini juga,
Apa yang ada didalam jauh lebih besar dari apa yang pernah dibayangkan
Karena tidak dapat ditulis, ataupun diukir dalam kata-kata,
Apa yang di dalam membuka gerbang pengetahuan untuk melihat semuanya
Dan tidak meninggalkan seorang diri di dalam dunia ini,
Akan tetapi menemani dalam segala wujud,
Demikian wujud yang di dalam akan bergerak mengikuti cahaya,
Dunia tidak dapat mengenalnya karena tidak berasal dari dunia ini melainkan dari dalam,
Dunia tidak dapat melihatnya karena kabut menutupi penghianatan,
Dunia tidak dapat menerima wujudnya karena dunia ada seperti lembaran kain yang terbentang ..

Sudah ada sebelum dunia ini diciptakan
Memanggil sejak dalam kandungan
Memberi wujud dalam kehidupan
Tidak memberi dan tidak juga mengambil
Tidak memiliki satu warna namun mewakili semua warna dan pengejewantahan di dalam kehidupan
Agar memiliki makna, memiliki arti
Tidak memiliki motif
Satu-satunya keinginan adalah menjadi dirinya apa-adanya
Sebab tempatnya kekal
rumahnya abadi

21 Januari 2011

Sastra Hati

Kekasih…
Laksana cermin dalam resonansi jiwa
Yang menggetarkan palung hati hingga keraga
Dan menghantarkan kehangatan bara
dari bekunya hati sang kelana

kekasih…
kesetiaan agung pada dera kerinduan
laksana pantai menanti ombak dalam pelukan
yang teredam pada dalamnya kebisuan

kekasih…
seperti bunga yang menjaga tingginya kuncup
pucuk-pucuk kasihmu tak juga meredup
mencumbui lautan sukma yang kuyup
dalam serenade desiran angin sayup

kekasih…
karang-karang kesabaran yang tumbuh di lubuk kalbu
meleburkan kebimbangan sang peragu
saat luka kuburkan semburat hasrat perindu
dari kelam kelabu cerita lalu

kekasih…
butiran hujan yang jatuh selayak mutiara
terbungkus rapi dalam kado asa
untuk kau buka jika saatnya tiba
andai mampu kusibak jendela masa

kekasih…
sanjung puji dalam serambi janji
terucap lugas pada paras sejati
demi ikrar atas cinta suci
rekatkan dua hati yang terpatri

Satu rasa karena Cinta